Aku setengah berlari menuju base camp yang letaknya agak sedikit di
pojok kampus, terlihat tulisan Voulenteer Desa Terpencil di atas pintu ruangan
yang akan aku masuki.
Tak lupa aku mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk ke
ruangan. Tok tok tok Assalamualaikum, ternyata rapat sudah dimulai.
Maaf ka aku telat, ucapku pada ketua umum VPBH (Voulenteer
Pemberantas Buta Huruf). Terlihat wajah yang tak begitu baik dari ka Farhan,
iyah aku biasa memanggilnya ka Farhan. Farhan Aditya namanya. Kamu kapan ga
telat sih Kia. Iyah ka maaf aku menimpali.
Yaudah duduk disana, ka farhan menunjuk tempat yang masih ada sela
untuk aku duduk yang membentuk lingkaran. Sambil aku duduk, aku melihat ke
sekeliling orang yang ada di ruangan tersebut. Ada beberapa orang yang kurang
aku kenal sebelumnya.
Ya, jadi target kita selanjutnya adalah desa yang ada di Bogor Jawa
Barat yahh. Disana masih banyak dari saudara kita yang kurang mengenal dengan
pendidikan. Target kita adalah anak anak dan ibu ibu yang ada disana bisa
membaca dan menghitung. Ka Farhan menjelaskan dengan rinci.
VPBH adalah salah satu organisasi yang missinya adalah
pemberantasan Buta Huruf terutama yang ada di desa desa terpencil. Targetnya
adalah anak anak dan juga para orang tua di desa tersebut. Selain mengajarkan
huruf dan angka VPBH juga memberikan bantuan berupa kebutuhan pokok sehari
hari.
Lalu, persiapan apa saja yang akan kita lakukan untuk kesana??
Kapan?? Dan berapa lama kita disana?? Orang di samping ku mengangkat tangan dan
bersuara.
Aku tak mengenalnya, siapa dia? Untuk apa dia ada disini??
Pertanyaan bagus Rafa. Owh namanya Rafa kataku dalam hati. Persiapan yang harus
kita lakukan ya seperti biasa buku buku bacaan, alat tulis dan mungkin kalau
kebutuhan pokok sehari sehari bisa nanti kita distribusikan di akhir. Untuk
waktunya 15 – 21 Mei.
Seminggu?? Kata ku
menimpali. Iyah Kia kenapa?? Ka farhan bertanya. Engga papa ka. Aku menjawab.
Baiklah kalau sudah tidak ada pertanyaan kita tutup saja rapat kita
pada hari ini dengan melafazhkan hamdalah. Semoga acara kita nanti diberkahi
Allah.
Rapat hari ini ditutup dengan ucapan aamiin dari kami yang hadir
dan salam dari ka farhan.
Beberapa orang yang tak aku kenal tadi berpamitan dengan ku, dan
sedikit basa basi untuk berkenalan. Ada tiga orang yang belum aku kenal. Satu
lelaki yang baru aku kenal tadi Rafa, satu wanita bernama azmi dan satu lagi
Fadlan. Satu persatu keluar dari base camp kami.
Diam diam aku sambil
mendekati ka Farhan. Ka ka ka, panggil aku kepada ka farhan. Itu tadi siapa
ka?? Tanya ku. Lah kalian tadi bukannya udah kenalan?? Lah iyaah maksud aku
ngapain mereka kesini terus mereka dari mana?? Tanyaku penasaran.
Jadi mereka itu dari kampus lain. kita ada kerja sama buat misi
kita kali ini. Ka farhan menjelaskan. Owh gitu ka. Terus kita berapa orang yang
akan pergi kesana?? Berlima kka kamu sama mereka tadi yang tiga orang.
Lah yang lain pada kemana ka?? Yang lain udah susah udah pada
semester akhir, ya kita harus maklumin lahh. Biarin mereka selesain urusan
mereka dulu.
Kia adalah wanita yang ceria, sedikit pemalas dan pelupa, jilbabnya
panjang menutupi dada. Walaupun teaman temannya adalah rata rata laki laki. Kia
tetap berusaha menjaga hijabnya dengan lawan jenis. Hal itu yang membuat para
laki laki yang berteman dengannya menjadi lebih menghargai Kia. Kia suka sekali
mengajar, apalagi anak anak. Untuk itu dia bergabung dnegan komunitas VPBH.
Ka Farhan meninggalkan ku di base Camp sendirian. Karena ada kelas
katanya.
Sambil memikirkan apa saja yang harus aku persiapkan untuk ke Bogor
nanti. Dua hari lagi, masih ada waktu untuk persiapan perbekalan terutama untuk
bahan mengajar anak anak disana. Aku pikir kita butuh buku tambahan. Aku
langsung bergegas menuju toko buku. Tak lupa ku kunci base camp dan ku taruh
kunci di tempat biasa.
Mumpung ga ada kelas aku mau sekalian cari buku ahh.
Sesampainya di toko buku,,
Aku mencari rak rak khusus buku untuk anak anak. Tap tap akhirnya
aku dapat buku dengan gambar abjad yang dikreasikan dengan gambar.
Kia?? Aku berbalik mencari sumber suara. Eh kamuu?? Aku sambil
memikirkan namanya yang aku lupa. Sesosok lelaki tinggi kurus menyapaku.
Kamu ngapain?? Ini aku lagi nyari buku. Aku sambil menggali
memoriku tentang dia. Ahaaa Rafa iyah Rafa namanya, lelaki yang kutemui di Base
Camp tadi pagi. Rupanya dia ada disini juga.
Rafa ngapain?? Kata ku menyebut namanya. Nyari makanan, nyari buku
lahh kan di toko buku. Rafa sedikit ngelawak yang tidak lucu sama sekali.
Kia cari buku buat ngajar nanti yahh? Katanya antusisas.
Engga aku juga nyari makanan. Aku membalas lawakannya yang juga
tidak lucu. engga deng. Iyah nih aku juga nyari buku, kita kudu banyak
perbekalan buat anak anak disana.
Setelah kami berkeliling mencari buku, tak terasa waktu sudah sore.
Aku berpamitan kepada Rafa dengan menelungkupkan tangan. Rafa, Kia duluan yahh.
Belum sempat aku berbalik Rafa kembali memanggilku. Kia, Rafa boleh minta nomer
Kia ga??
Aku terdiam dan berpikir sejenak,, untuk apa?? Kataku. Untuk
koordinasi ajah.
Owh untuk koordinasi, baiklah hanya untuk koordinasi pikirku.
Sampai di rumah sebuah pesan wa yang tak aku kenal nomernya masuk
ke handphone ku.
“Kia udah sampe??”
Aku lihat photo profilnya, owh Rafa. Aku membalas pesan singkat
itu. “ iyah Rafa, alhamdulillah Kia udah sampe, Rafa udah sampe belom??”
Aku kembali membaca pesan yang aku kirimkan padanya?? KIIIAAA?? Apa
apaan maksudnya apa nanya gini??
Chatingan itu berlanjut hingga malam dengan ocehan yang kurang
penting sebenarnya. Aku mencoba untuk mencukupkan chatingan dengan nya pukul
21.15.
Rafa, Kia udah ngantuk, Kia tidur duluan yahh. Aku mencoba mencari
bahan agar kita berhenti untuk chatingan.
Oh gitu, yaudah Kia tidur ajah. Selamat tidur Kia. Katanya,,Aku
menepok jidat ku PLAKKK.
Chatingan malam itu ditutup dengan ucapan selamat tidur dari Rafa.
Aku kembali membaca chatingan ku dengan Rafa, senyum terpancar dari
bibir ku. Tapi terjadi perang batin dengan hatiku. Kiaaaa ini salahhh harus
dihentikan.kalo engga akan berlanjut ke hal yang engga engga. Stop Stop Stop.
Keesokan harinya, aku langsung mengambil handphone ku dan mencari
nama Rafa “pagi Rafa, Kia udah bangun”
Balasan yang sangat cepat kembali masuk ke handphone ku.
Pagi juga Kia... Rafa membalas.
Chatingan berlanjut, dengan omongan yang kembali tidak penting sama
sekali.
Kia jangan lupa Dhuha. Katanya
Rafa juga jangan lupa Dhua. Aku membalas. Aku menepuk jidat kembali
PLAKK. Apaan lagi ini Kiaaa. Kamu kan udah janji mau menyudahi ini.
Aku membanting handphone ku ke kasur dan bergegas ke kamar mandi
untuk menunaikan shalat dhuha.
Setelah dzuhur, kembali pesan singkat watsap masuk ke handphone ku.
Kia jangan lupa dzuhur.pesan Rafa kembali masuk ke handphone ku.
Rafa?? Innalillahi apa apaan
lagi ini?? Hatiku bergumam.
Tapi tak sadar gerak jariku membalas pesan dari Rafa. Iyah Rafa
jangan lupa Rafa juga yahh di masjid jangan lupa lohh.
Chatingan kami berlanjut dengan menceritakan kisah dari keluarga
kami berdua.
Kia, ke kampus sekarang yahh kita harus prepare buat berangkat ke
bogor besok nihh. Pesan masuk dari ka Farhan.
Aku membalas dengan emot jempol yang menandakan iyah aku akan
segera meluncur kesana.
Perjalanan satu jam untuk sampai ke kampus.
Aku sedikit berlari agar ka Farhan tidak terlalu murka atas
keterlambatanku, jilbab lebarku berkibar menyusuri suasan kampus yang selalu
ramai. Hari ini aku kembali tidak ada kelas karena dosen mengabarkan bahwa
anaknya sedang sakit katanya.
Sampai di depan base camp. Terlihat barang barang yang sudah
terbungkus rapi di depan base camp.
Assalamualaikum. Sapa ku. Beberapa orang sedang membereskan
perlengkapan untuk pergi besok.
Aku melihatnya, melihat Rafa ada disana. Dag dig dug. Kenapa aku
jadi deg degan gini ada Rafa.
Dia melihatku dan tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya lalu
langsung mendekati ka Farhan untuk membantunya.
Kia beresin buku buku itu, ka Farhan menunjuk buku buku yang
berserakan.
Aku mengangguk.
Packing packing berakhir sampai pukul 5 sore. Kami pun harus segera
pulang untuk mempersiapkan fisik kami untuk besok.
Sesampainya di rumah aku membanting badanku ke kasur. Lelahnya hari
ini.
Handphone ku berdering. Kembali pesan watsap masuk. Rafa? Bacaku
dalam hati.
Kia jangan lupa istirahat besok kita harus berangkat pagi. Aku
tersenyum membacanya.
Iyah nih, Kia udah sampe rumah nanti langsung istirahat. Balasku
kepadanya. Kembali terjadi perang batin di dalam hatiku. Kiaaaa kamu kan udah
janji mau menyudahi iniii. Astaghfirullah.
Keesokan paginya kami sudah siap dengan perbekalan kami masing
masing dan juga perbekalan kami selama disana dan juga perbekalan untuk
mengajar disana.
Butuh waktu 4 jam untuk sampai ke desa tersebut. Jalanan yang tidak
terlalu bagus memaksa kami untuk turun dari mobil dan berjalan untuk bisa masuk
ke desa tersebut.
Sesampainya disana kami langsung mendirikan tenda darurat untuk
belajar disana.
Anak anak dan orang tua sangat antusias untuk belajar. Aku menjadi
semakin tertarik untuk mengajar.
Saat mengajar, Rafa melihatku dari kejauahan. Fix aku salah
tingkah.
Seminggu di Bogor membuatku semakin dekat dengan Rafa.
Aku lebih jauh jatuh terperosok.
Sepulangnya dari Bogor, Rafa menyatakan perasaannya kepadaku.
Aku ga mau pacaran. Kataku.
Kita ga pacaran, aku akan komitmen sama kamu. Tiga tahun lagi engga kelamaan kan?? Aku pun bukan tipe laki
laki yang memperbolehkan pacaran dan sejenisnya. Kita akan komitmen, aku janji
akan ngelamar kamu tiga tahun lagi.
Bersambunggg....
nantikan kisah selanjutnya... bagaimanakah hubungan kia dan Rafa??