Rabu, 17 Mei 2017

Beginilah Kondisi Pendidikan Indonesia


ilustrasi pendidikan Indonesia

Membicarakan pendidikan artinya tentang suatu hal yang sangat fundamental untuk sebuah negara. Dimana banyak putera puteri terbaik bangsa yang mengandalkan pendidikannya di tempat mereka berpijak.

Namun apa kabar pendidikan Indonesia? Dimana para anak anaknya yang harus berjalan berpuluh puluh kilometer untuk sampai ke sekolah. Lalu apa kabar pendidikan Indonesia yang anak anaknya masih harus belajar satu tempat dengan kandang sapi? Lalu apa kabar pendidikan Indonesia yang guru gurunya masih dibayar dengan bayaran yang jauh dari layak. Apa kabar Pendidikan Indonesia?
Iyah, miris memang melihat sebuah negara dengan beribu ribu pulau yang membentang, kekayaan alam yang luar biasa banyak namun masih sangat minim dalam angka pendidikan. 

Peringkat pendidikan dunia atau World Education Ranking yang diterbitkan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menentukan, di posisi mana suatu negara maju dalam segi pendidikan. Belum lama ini, peringkat tersebut menentukan negara mana yang terbaik dari segi membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan. Seperti yang dilansir The Guardian, Indonesia menempati urutan ke 57 dari total 65 negara.Menurut laporan OECD, Inggris posisinya digantikan Polandia dan Norwegia. Sementara untuk Indonesia mendapatkan nilai membaca 402, matematika 371, dan ilmu pengetahuan alam 383. Peringkat pendidikan dunia tersebut berkaitan dengan Program for International Student Assessment (Pisa).

Marilah kita beralih ke Korea Selatan yang sekarang menjadi peringkat nomer satu mengalahkan Jepang. Korea Selatan juga dipandang sebagai salah satu negara paling berdedikasi di dunia. Ini dibuktikan dengan pengabdian murid-muridnya yang bersekolah selama tujuh hari seminggu dan sudah mengerjakan pekerjaan rumah sejak usianya masih sangat muda. Terlebih, pendidikan dasar di Korea Selatan juga mengajarkan pentingnya untuk guru diperlakukan dengan hormat. Bandingkan dengan Indonesia yang para pendidiknya masih harus mendapat uang dengan bayaran rendah. Kurangnya penghargaan terhadap para guru juga menjadi faktor keterpurukan pendidikan Indonesia.

Tengok kembali Singapura yang luasnya tidak lebih besar dari kota Jakarta, pendidikan di Singapura menempati posisi 3 teratas setelah korea selatan dan Jepang. Bahkan untuk setiap tahunnya pemerintah berhasil mendapatklan income dari dunia pendidikan sekitar Rp.4triliun. Lalu Indonesia?

Sering kali kita mendengar guru guru di pedesaan, selepas mengajar mereka tidak langsung pulang kerumah melainkan harus mengumpulkan barang barang bekas untuk nantinya dijual. Tidak jarang pula kita pun mendengar berapa banyak anak anak yang putus sekolah karena keterbatasan biaya dan fasilitas yang menunjang untuk sekolah. Dan tidak jarang pula kita mendengar bangunan sekolah yang sudah ingin roboh, adapula di suautu sekolah yang satu kelas diisi oleh beberapa kelas. Miris, tapi inilah Indonesia.

Tetapi, kita pun tidak boleh pula memojokan dan menyalahkan sepenuhnya kepada pemerintah. Angka melek pendidikan di desa desa pun berada pula pada faktor dari dalam diri anak tersebut ataupun dari faktor keluarga. Banyak orang tua yang menganggap pendidikan  itu tidak terlalu penting, akhirnya mereka didorong untuk mencari uang daripada harus bersekolah. Ini pun menjadi tugas generasi terdidik untuk kembali memberikan pemahaman yang baik kepada para orang tua dengan kata kata yang tidak menggurui dan dimengerti,

Namun kita tidak boleh berkecil hati dengan keterpurukan prestasi pendidikan di Indonesia, masih banyak cara untuk memajukan pendidikannya. Tugas kita sebagai generasi terdidik adalah membantu pemerintah untuk mengatasi keterpurukan hal yang fundamental ini.