ilustrasi pendidikan Indonesia |
Membicarakan
pendidikan artinya tentang suatu hal yang sangat fundamental untuk sebuah
negara. Dimana banyak putera puteri terbaik bangsa yang mengandalkan
pendidikannya di tempat mereka berpijak.
Namun
apa kabar pendidikan Indonesia? Dimana para anak anaknya yang harus berjalan
berpuluh puluh kilometer untuk sampai ke sekolah. Lalu apa kabar pendidikan
Indonesia yang anak anaknya masih harus belajar satu tempat dengan kandang
sapi? Lalu apa kabar pendidikan Indonesia yang guru gurunya masih dibayar
dengan bayaran yang jauh dari layak. Apa kabar Pendidikan Indonesia?
Iyah,
miris memang melihat sebuah negara dengan beribu ribu pulau yang membentang,
kekayaan alam yang luar biasa banyak namun masih sangat minim dalam angka
pendidikan.
Peringkat pendidikan dunia atau World Education Ranking yang
diterbitkan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)
menentukan, di posisi mana suatu negara maju dalam segi pendidikan. Belum lama
ini, peringkat tersebut menentukan negara mana yang terbaik dari segi membaca,
matematika, dan ilmu pengetahuan. Seperti yang dilansir The Guardian, Indonesia
menempati urutan ke 57 dari total 65 negara.Menurut laporan OECD, Inggris
posisinya digantikan Polandia dan Norwegia. Sementara untuk Indonesia
mendapatkan nilai membaca 402, matematika 371, dan ilmu pengetahuan alam 383.
Peringkat pendidikan dunia tersebut berkaitan dengan Program for International
Student Assessment (Pisa).
Marilah
kita beralih ke Korea Selatan yang sekarang menjadi peringkat nomer satu
mengalahkan Jepang. Korea Selatan juga dipandang sebagai salah satu negara
paling berdedikasi di dunia. Ini dibuktikan dengan pengabdian murid-muridnya
yang bersekolah selama tujuh hari seminggu dan sudah mengerjakan pekerjaan
rumah sejak usianya masih sangat muda. Terlebih, pendidikan dasar di Korea
Selatan juga mengajarkan pentingnya untuk guru diperlakukan dengan hormat.
Bandingkan dengan Indonesia yang para pendidiknya masih harus mendapat uang
dengan bayaran rendah. Kurangnya penghargaan terhadap para guru juga menjadi
faktor keterpurukan pendidikan Indonesia.
Tengok
kembali Singapura yang luasnya tidak lebih besar dari kota Jakarta, pendidikan
di Singapura menempati posisi 3 teratas setelah korea selatan dan Jepang. Bahkan
untuk setiap tahunnya pemerintah berhasil mendapatklan income dari dunia
pendidikan sekitar Rp.4triliun. Lalu Indonesia?
Sering
kali kita mendengar guru guru di pedesaan, selepas mengajar mereka tidak
langsung pulang kerumah melainkan harus mengumpulkan barang barang bekas untuk
nantinya dijual. Tidak jarang pula kita pun mendengar berapa banyak anak anak
yang putus sekolah karena keterbatasan biaya dan fasilitas yang menunjang untuk
sekolah. Dan tidak jarang pula kita mendengar bangunan sekolah yang sudah ingin
roboh, adapula di suautu sekolah yang satu kelas diisi oleh beberapa kelas.
Miris, tapi inilah Indonesia.
Tetapi,
kita pun tidak boleh pula memojokan dan menyalahkan sepenuhnya kepada
pemerintah. Angka melek pendidikan di desa desa pun berada pula pada faktor
dari dalam diri anak tersebut ataupun dari faktor keluarga. Banyak orang tua
yang menganggap pendidikan itu tidak
terlalu penting, akhirnya mereka didorong untuk mencari uang daripada harus
bersekolah. Ini pun menjadi tugas generasi terdidik untuk kembali memberikan
pemahaman yang baik kepada para orang tua dengan kata kata yang tidak menggurui
dan dimengerti,
Namun
kita tidak boleh berkecil hati dengan keterpurukan prestasi pendidikan di
Indonesia, masih banyak cara untuk memajukan pendidikannya. Tugas kita sebagai
generasi terdidik adalah membantu pemerintah untuk mengatasi keterpurukan hal
yang fundamental ini.