Kamis, 20 Juli 2017

Ketika Cinta Harus menunggu

Pertemuan awal dengannya



Aku setengah berlari menuju base camp yang letaknya agak sedikit di pojok kampus, terlihat tulisan Voulenteer Desa Terpencil di atas pintu ruangan yang akan aku masuki.
Tak lupa aku mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk ke ruangan. Tok tok tok Assalamualaikum, ternyata rapat sudah dimulai.
Maaf ka aku telat, ucapku pada ketua umum VPBH (Voulenteer Pemberantas Buta Huruf). Terlihat wajah yang tak begitu baik dari ka Farhan, iyah aku biasa memanggilnya ka Farhan. Farhan Aditya namanya. Kamu kapan ga telat sih Kia. Iyah ka maaf aku menimpali.
Yaudah duduk disana, ka farhan menunjuk tempat yang masih ada sela untuk aku duduk yang membentuk lingkaran. Sambil aku duduk, aku melihat ke sekeliling orang yang ada di ruangan tersebut. Ada beberapa orang yang kurang aku kenal sebelumnya.
Ya, jadi target kita selanjutnya adalah desa yang ada di Bogor Jawa Barat yahh. Disana masih banyak dari saudara kita yang kurang mengenal dengan pendidikan. Target kita adalah anak anak dan ibu ibu yang ada disana bisa membaca dan menghitung. Ka Farhan menjelaskan dengan rinci.
VPBH adalah salah satu organisasi yang missinya adalah pemberantasan Buta Huruf terutama yang ada di desa desa terpencil. Targetnya adalah anak anak dan juga para orang tua di desa tersebut. Selain mengajarkan huruf dan angka VPBH juga memberikan bantuan berupa kebutuhan pokok sehari hari.
Lalu, persiapan apa saja yang akan kita lakukan untuk kesana?? Kapan?? Dan berapa lama kita disana?? Orang di samping ku mengangkat tangan dan bersuara.
Aku tak mengenalnya, siapa dia? Untuk apa dia ada disini?? Pertanyaan bagus Rafa. Owh namanya Rafa kataku dalam hati. Persiapan yang harus kita lakukan ya seperti biasa buku buku bacaan, alat tulis dan mungkin kalau kebutuhan pokok sehari sehari bisa nanti kita distribusikan di akhir. Untuk waktunya 15 – 21 Mei.
 Seminggu?? Kata ku menimpali. Iyah Kia kenapa?? Ka farhan bertanya. Engga papa ka. Aku menjawab.
Baiklah kalau sudah tidak ada pertanyaan kita tutup saja rapat kita pada hari ini dengan melafazhkan hamdalah. Semoga acara kita nanti diberkahi Allah.
Rapat hari ini ditutup dengan ucapan aamiin dari kami yang hadir dan salam dari ka farhan.
Beberapa orang yang tak aku kenal tadi berpamitan dengan ku, dan sedikit basa basi untuk berkenalan. Ada tiga orang yang belum aku kenal. Satu lelaki yang baru aku kenal tadi Rafa, satu wanita bernama azmi dan satu lagi Fadlan. Satu persatu keluar dari base camp kami.
 Diam diam aku sambil mendekati ka Farhan. Ka ka ka, panggil aku kepada ka farhan. Itu tadi siapa ka?? Tanya ku. Lah kalian tadi bukannya udah kenalan?? Lah iyaah maksud aku ngapain mereka kesini terus mereka dari mana?? Tanyaku penasaran.
Jadi mereka itu dari kampus lain. kita ada kerja sama buat misi kita kali ini. Ka farhan menjelaskan. Owh gitu ka. Terus kita berapa orang yang akan pergi kesana?? Berlima kka kamu sama mereka tadi yang tiga orang.
Lah yang lain pada kemana ka?? Yang lain udah susah udah pada semester akhir, ya kita harus maklumin lahh. Biarin mereka selesain urusan mereka dulu.
Kia adalah wanita yang ceria, sedikit pemalas dan pelupa, jilbabnya panjang menutupi dada. Walaupun teaman temannya adalah rata rata laki laki. Kia tetap berusaha menjaga hijabnya dengan lawan jenis. Hal itu yang membuat para laki laki yang berteman dengannya menjadi lebih menghargai Kia. Kia suka sekali mengajar, apalagi anak anak. Untuk itu dia bergabung dnegan komunitas VPBH.
Ka Farhan meninggalkan ku di base Camp sendirian. Karena ada kelas katanya.
Sambil memikirkan apa saja yang harus aku persiapkan untuk ke Bogor nanti. Dua hari lagi, masih ada waktu untuk persiapan perbekalan terutama untuk bahan mengajar anak anak disana. Aku pikir kita butuh buku tambahan. Aku langsung bergegas menuju toko buku. Tak lupa ku kunci base camp dan ku taruh kunci di tempat biasa.
Mumpung ga ada kelas aku mau sekalian cari buku ahh.
Sesampainya di toko buku,,
Aku mencari rak rak khusus buku untuk anak anak. Tap tap akhirnya aku dapat buku dengan gambar abjad yang dikreasikan dengan gambar.
Kia?? Aku berbalik mencari sumber suara. Eh kamuu?? Aku sambil memikirkan namanya yang aku lupa. Sesosok lelaki tinggi kurus menyapaku.
Kamu ngapain?? Ini aku lagi nyari buku. Aku sambil menggali memoriku tentang dia. Ahaaa Rafa iyah Rafa namanya, lelaki yang kutemui di Base Camp tadi pagi. Rupanya dia ada disini juga.
Rafa ngapain?? Kata ku menyebut namanya. Nyari makanan, nyari buku lahh kan di toko buku. Rafa sedikit ngelawak yang tidak lucu sama sekali.
Kia cari buku buat ngajar nanti yahh? Katanya antusisas.
Engga aku juga nyari makanan. Aku membalas lawakannya yang juga tidak lucu. engga deng. Iyah nih aku juga nyari buku, kita kudu banyak perbekalan buat anak anak disana.
Setelah kami berkeliling mencari buku, tak terasa waktu sudah sore. Aku berpamitan kepada Rafa dengan menelungkupkan tangan. Rafa, Kia duluan yahh. Belum sempat aku berbalik Rafa kembali memanggilku. Kia, Rafa boleh minta nomer Kia ga??
Aku terdiam dan berpikir sejenak,, untuk apa?? Kataku. Untuk koordinasi ajah.
Owh untuk koordinasi, baiklah hanya untuk koordinasi pikirku.
Sampai di rumah sebuah pesan wa yang tak aku kenal nomernya masuk ke handphone ku.
“Kia udah sampe??”
Aku lihat photo profilnya, owh Rafa. Aku membalas pesan singkat itu. “ iyah Rafa, alhamdulillah Kia udah sampe, Rafa udah sampe belom??”
Aku kembali membaca pesan yang aku kirimkan padanya?? KIIIAAA?? Apa apaan maksudnya apa nanya gini??
Chatingan itu berlanjut hingga malam dengan ocehan yang kurang penting sebenarnya. Aku mencoba untuk mencukupkan chatingan dengan nya pukul 21.15.
Rafa, Kia udah ngantuk, Kia tidur duluan yahh. Aku mencoba mencari bahan agar kita berhenti untuk chatingan.
Oh gitu, yaudah Kia tidur ajah. Selamat tidur Kia. Katanya,,Aku menepok jidat ku PLAKKK.
Chatingan malam itu ditutup dengan ucapan selamat tidur dari Rafa.
Aku kembali membaca chatingan ku dengan Rafa, senyum terpancar dari bibir ku. Tapi terjadi perang batin dengan hatiku. Kiaaaa ini salahhh harus dihentikan.kalo engga akan berlanjut ke hal yang engga engga. Stop Stop Stop.
Keesokan harinya, aku langsung mengambil handphone ku dan mencari nama Rafa “pagi Rafa, Kia udah bangun”
Balasan yang sangat cepat kembali masuk ke handphone ku.
Pagi juga Kia... Rafa membalas.
Chatingan berlanjut, dengan omongan yang kembali tidak penting sama sekali.
Kia jangan lupa Dhuha. Katanya
Rafa juga jangan lupa Dhua. Aku membalas. Aku menepuk jidat kembali PLAKK. Apaan lagi ini Kiaaa. Kamu kan udah janji mau menyudahi ini.
Aku membanting handphone ku ke kasur dan bergegas ke kamar mandi untuk menunaikan shalat dhuha.
Setelah dzuhur, kembali pesan singkat watsap masuk ke handphone ku. Kia jangan lupa dzuhur.pesan Rafa kembali masuk ke handphone ku.
 Rafa?? Innalillahi apa apaan lagi ini?? Hatiku bergumam.
Tapi tak sadar gerak jariku membalas pesan dari Rafa. Iyah Rafa jangan lupa Rafa juga yahh di masjid jangan lupa lohh.
Chatingan kami berlanjut dengan menceritakan kisah dari keluarga kami berdua.
Kia, ke kampus sekarang yahh kita harus prepare buat berangkat ke bogor besok nihh. Pesan masuk dari ka Farhan.
Aku membalas dengan emot jempol yang menandakan iyah aku akan segera meluncur kesana.
Perjalanan satu jam untuk sampai ke kampus.
Aku sedikit berlari agar ka Farhan tidak terlalu murka atas keterlambatanku, jilbab lebarku berkibar menyusuri suasan kampus yang selalu ramai. Hari ini aku kembali tidak ada kelas karena dosen mengabarkan bahwa anaknya sedang sakit katanya.
Sampai di depan base camp. Terlihat barang barang yang sudah terbungkus rapi di depan base camp.
Assalamualaikum. Sapa ku. Beberapa orang sedang membereskan perlengkapan untuk pergi besok.
Aku melihatnya, melihat Rafa ada disana. Dag dig dug. Kenapa aku jadi deg degan gini ada Rafa.
Dia melihatku dan tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya lalu langsung mendekati ka Farhan untuk membantunya.
Kia beresin buku buku itu, ka Farhan menunjuk buku buku yang berserakan.
Aku mengangguk.
Packing packing berakhir sampai pukul 5 sore. Kami pun harus segera pulang untuk mempersiapkan fisik kami untuk besok.
Sesampainya di rumah aku membanting badanku ke kasur. Lelahnya hari ini.
Handphone ku berdering. Kembali pesan watsap masuk. Rafa? Bacaku dalam hati.
Kia jangan lupa istirahat besok kita harus berangkat pagi. Aku tersenyum membacanya.
Iyah nih, Kia udah sampe rumah nanti langsung istirahat. Balasku kepadanya. Kembali terjadi perang batin di dalam hatiku. Kiaaaa kamu kan udah janji mau menyudahi iniii. Astaghfirullah.
Keesokan paginya kami sudah siap dengan perbekalan kami masing masing dan juga perbekalan kami selama disana dan juga perbekalan untuk mengajar disana.
Butuh waktu 4 jam untuk sampai ke desa tersebut. Jalanan yang tidak terlalu bagus memaksa kami untuk turun dari mobil dan berjalan untuk bisa masuk ke desa tersebut.
Sesampainya disana kami langsung mendirikan tenda darurat untuk belajar disana.
Anak anak dan orang tua sangat antusias untuk belajar. Aku menjadi semakin tertarik untuk mengajar.
Saat mengajar, Rafa melihatku dari kejauahan. Fix aku salah tingkah.
Seminggu di Bogor membuatku semakin dekat dengan Rafa.
Aku lebih jauh jatuh terperosok.
Sepulangnya dari Bogor, Rafa menyatakan perasaannya kepadaku.
Aku ga mau pacaran. Kataku.
Kita ga pacaran, aku akan komitmen sama kamu. Tiga tahun lagi  engga kelamaan kan?? Aku pun bukan tipe laki laki yang memperbolehkan pacaran dan sejenisnya. Kita akan komitmen, aku janji akan ngelamar kamu tiga tahun lagi.
Bersambunggg....

nantikan kisah selanjutnya... bagaimanakah hubungan kia dan Rafa??
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar